Sunday, July 17, 2016

Kenapa Anak Pintar Cenderung Tidak Memiliki Teman dan Dijauhi?

2

Saya sering melihat banyak teman-teman saya di sekolah yang mana orangnya pintar, cerdas, nilai selalu bagus, dan disenangi oleh para dosen karena kemampuannya. Tapi kebanyakan dari mereka tidak benar-benar memiliki teman. Sekalipun ada beberapa teman yang mendekati dia, itu tidak bertahan lama atau mungkin hanya dalam waktu-waktu tertentu. Saya menyebutnya "teman musiman" karena mereka datang hanya ketika musim tugas dan musim ujian. Pada musim itu, mereka mendadak baik. Menjadi perhatian dan sangat peduli. Setelah musim tugas dan ujian berlalu, mereka kembali pada sifat awalnya. Tidak terlalu dekat dan yang paling menyedihkan adalah mereka justru membicarakan teman saya yang pintar itu sombong.

Bagi saya, teman saya yang pintar dengan teman musimannya sama-sama salah. Dan juga sama-sama benar. Teman saya yang pintar mungkin terlalu individualis dan jiwa perfeksionisnya itu terkadang terlihat menyebalkan. Itu dapat menjadi pembenaran bagi temannya yang biasa-biasa saja untuk menyebutnya sombong.

Tapi kalau kita perhatikan lagi, sebenarnya teman saya yang pintar itu juga punya hak untuk bersikap seperti itu. Dia mungkin perfeksionis karena memang dia ingin memberikan yang terbaik. Ada hal yang memotivasinya untuk benar-benar melakukan segalanya dengan sesempurna menurut standartnya. Toh mereka mengerjakannya sendirian dan tidak membuatmu ribet. Kalaupun itu tugas kelompok dan ke-perfeksionisannya mengganggumu, toh pada akhirnya kalau dapat nilai bagus kamu juga senang. Apa yang pantas dipersalahkan?

Lalu, mengenai individualis. Saya kira wajar jika kalian melihat banyak anak-anak pintar yang terkesan penyendiri, pendiam dan kurang bergaul. Mungkin ini juga yang membuat imej sombongnya semakin di-iyakan. Tapi kalau dipikir-pikir sikap itu memang cukup tepat bagi dia. Setidaknya mungkin itu membuat mereka lebih nyaman daripada memiliki teman musiman. Mungkin dia sudah lelah dan jengah. Dimanfaatkan dan dibuat repot.

Kita juga harus instropeksi diri jika mau berteman. Apakah pertemanan itu tulus? atau hanya karena ada maunya? kalau kalian benar-benar tulus, saya yakin deh siapapun pasti akan menerima kamu. Termasuk temanmu yang pintar dan di cap sombong. Dia tidak akan sombong padamu jika dia bisa merasakan ketulusanmu. Yaa.. tentu kamu harus menyakinkannya dulu bahwa kamu ingin berteman dengannya tanpa merepotkannya. Karena yaa.. orang seperti itu memang tidak suka direpotkan dan diganggu. Biasanya mereka punya jadwal sendiri dan penuh perencanaan. Tentang apa yang akan dilakukannya hari ini, besok dan seterusnya. Jadi kalau kamu tiba-tiba mengganggunya dan merusak jadwalnya itu akan membuatnya kesal. Tau kan rasa kesalnya kalau kita udah punya rencana mau ngapain, eh tau-tau ada halangan yang bikin rencana itu gagal direalisasikan. Wajarlah kalau dia menjadi individualis untuk menghindari hal-hal seperti itu terjadi.

Kalau kalian merasa saya cenderung membela teman saya yang pintar itu, sepertinya ada benarnya. Dan sebenarnya memang iya. Saya membela. Karena mereka tidak salah (menurut saya). Dan mereka tidak menolak teman. Saya punya teman dekat yang seperti itu ketika SMA. Banyak yang membencinya. Pada akhirnya dia juga membenci mereka. Alasannya? Tentu saja karena mereka sering mengganggunya dan sangat sinis padanya. Aku? Bagaimana bisa aku berteman dengannya?
Entahlah, kebetulan bangkunya dibelakangku. Jadi mau tidak mau kita akrab begitu saja. Sejak awal aku sering mendengar isu bahwa dia itu sombong, pelit, dll.dll.
Tapi..tapi.. sama saya tidak tuh.

Saya tidak pernah bertanya pada dia perihal tugas dan tidak pernah menyontek tugasnya.
Tapi dia malah sering nawari saya. Setiap sebelum dia mengumpulkan tugas, atau ulangan, dia selalu tanya "Kamu yang belum nomor berapa?" see it? Entah mungkin dia kasihan karena saya tidak pernah bertanya dan mengerjakannya sendirian atau karena kita teman. Tapi saya tidak semenyedihkan itu kok. --" Saya bisa mengerjakan sendiri. Tapi kalau dibantu dia saya jadi lebih terbantu. hehe..

Pada akhirnya, dia banyak membantu saya tanpa saya minta. Ya kalau ditawari bantuan mah saya terima-terima saja. Saya memang tipikal orang yang gak banyak tanya. Dan dia yang biasanya ditanya gak mau jawab malah nawari saya jawaban tanpa diminta? Ajaib kan? Tapi meskipun begitu saya tidak lantas menjadi "nyaman" untuk banyak tanya. Karena kebetulan saya orangnya sungkanan. Saya tidak mau dia merasa terepotkan. Pertemanan seperti ini menurut saya sudah cukup. Dan dia tidak se-sombong seperti gosip-gosip yang beredar.

Trust me, orang jadi cuek itu ada alasannya. Menjauh, atau apapun itu juga ada alasannya. Yaah, setidaknya jika kalian memang membenci tipe manusia seperti itu cukup tidak usah bergaul dengan mereka. Itu saja. Tidak usahlah sampai menjelek-jelekkannya dibelakang. Apalagi di depannya. Gosip-gosip yang kalian buat itu pada akhirnya membuatnya semakin menjadi individualis. Bahkan orang-orang yang belum kenal pun tersugesti dengan gosip itu lalu menjauh darinya. Kasihan kan?

Jika kita bisa hidup dengan saling mencintai kenapa harus membenci?
Kalau kau menjadi teman dekatnya dan mendengar ceritanya. Sebenarnya dia juga ingin memiliki teman banyak. Tapi untuk apa banyak teman jika tidak ada ketulusan di dalamnya?
Dia juga ingin bisa berbagi, tapi mengingat perlakuan kalian padanya membuat dia tidak rela membantu. Sakit hatinya dengan tatapan sinis kalian membuatnya benar-benar tidak ingin peduli.

Tulisan ini, entah kenapa saya menulisnya. Hanya berdasarkan penglihatan dan pengalaman saya semata. Tentu mungkin banyak yang kurang setuju. Karena memang saya menulis berdasarkan sudut pandang saya. Correct me if i'm wrong.

2 comments:

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com