Monday, July 4, 2016

Kegagalan Membuatku Salah Jurusan, Aku harus Bagaimana?

1

Saat itu adalah tahun terakhirku di SMA. Tahun dimana kawan-kawanku sibuk belajar, sibuk merencanakan masa depan. Akan melanjutkan kuliah ataukah bekerja? yang memunculkan anak pertanyaan baru seperti : Kuliah dimana? Kerja apa? Jurusan apa? Prospeknya bagaimana? Apakah upahnya sebanding dengan biaya yang telah ayah ibuku keluarkan untuk pendidikanku? Apakah cukup untuk menopang kehidupanku dimasa yang akan datang? dan serentetan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang membuat pikiran penat.

Teman-temanku bimbang, tapi tidak demikian denganku. Aku telah menemukan pilihan dan sepenuhnya yakin dengan pilihanku. Sebagai orang yang penuh perencanaan, aku sudah memikirkan hal itu sejak awal masuk SMA. Sudah kuputuskan, "Aku ingin menjadi perawat" ucapku dengan mantap pada cermin. Kemudian segera aku survei jumlah peminat, dan kuota dari beberapa universitas yang menjadi sasaranku. Kucatat sebagai bahan referensi ku saat akan mendaftar universitas. Dan benar saja, catatanku sangat membantu dalam memperkirakan kemana aku harus mendaftar. Kuurut dari prioritas paling mustahil sampai yang paling memungkinkan. "Sejatuh-jatuhku, aku pasti menjadi seorang perawat" pikirku saat itu.

Aku mendaftar SNMPTN, PMDP Poltekkes Surabaya, serta beberapa universitas dan Stikes swasta. Aku tidak terlalu banyak berharap di SNMPTN, karena nilaiku biasa-biasa saja sementara jurusan yang kuambil terbilang memiliki peminat yang banyak di universitas favorit pula. Aku hanya mengandalkan keberuntungan. Sambil menunggu pengumuman, aku juga mempersiapkan diri untuk SBMPTN. 

Hingga hari itu tiba. Pengumuman SNMPTN, dan benar saja aku "GAGAL". Sedih, tapi tidak seberapa. Karena akupun sudah menduganya. Beberapa hari setelah itu, pengumuman PMDP Poltekkes Surabaya, dan aku lolos seleksi rapot. Tapi masih ada tes kesehatan. Tentang kesehatanku, aku cukup optimis karena tidak ada riwayat penyakit menular, tidak buta warna dan bebas NAPZA. Tinggi badanku.. hmm.. waktu kuukur sendiri dirumah 153cm. Pas sesuai persyaratan, tapi ini membuatku sedikit khawatir. Bagaimana jika hasil pengukuranku kurang teliti? tapi kedua temanku yang sama-sama lolos bersamaku menenangkanku dan mengatakan bahwa tinggi badan kita cukup dan bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan.

Tes kesehatanpun tiba, cukup ramai dan melelahkan. Semuanya berjalan dengan lancar sampai pada pengukuran tinggi badan, disitu aku mulai berhenti berharap. Yaa.. hasilnya tinggiku 152cm padahal syarat minimalnya 153cm. Salah satu temanku juga sama tingginya denganku. Kami hanya bisa berdo'a berharap masih ada kemungkinan lolos. Tapi kenyataanya diantara kami bertiga hanya satu temanku yang lolos tahap II. Kali ini aku cukup kecewa, tapi aku masih punya harapan pada SBMPTN dan beberapa universitas lainnya. Aku tetap optimis dan tidak menyerah pada mimpiku.

Hingga kemudian.. *skip* *skip* *skip* 
Banyak hal terjadi. Satu-per-satu rencanaku berantakan.
Harapan itu aku hampir tidak punya.
Jatuh sejatuh-jatuhnya. Rasanya ingin menghilang.

Aku terlalu sombong dengan yakin bahwa perencanaanku sudah benar-benar baik dan sempurna. Tidak akan ada yang mampu menghalangi langkahku menuju mimpiku, dengan alternatif-alternatif yang kususun dengan rapi. Aku lupa bahwa kita hanya bisa merencanakan, sementara Tuhan lah yang menentukan. 

Setelah beberapa waktu kulewati, aku mulai berjuang kembali. Namun, dengan berbagai pertimbangan dan kesempatan yang sangat minim, kuputuskan untuk ikut SBMPTN. Kuputar haluan, dari Saintek ke Soshum. Hanya bermodalkan internet dan LKS kelas X aku belajar. Saat itu, aku belum memikirkan jurusan mana yang akan kutuju. Yang kutahu, itu kesempatan terakhirku dan aku tidak ingin gagal. Terbesit keinginanku mendaftar jurusan Keperawatan, Kesehatan Masyarakat, atau Analis Medis, tapi aku terlalu takut gagal melihat peminatnya yang begitu banyak. 

Dan.. entah bagaimana ceritanya, pilihanku berlabuh pada salah satu perguruan tinggi di kota S. Hingga kemudian, dengan berbagai macam proses yang kulalui. Aku terdampar disana. Tepatnya di Jurusan Pendidikan Geografi. Seperti orang asing yang kebingungan, aku tidak terlalu paham materinya. Mungkin akan lebih mudah memahaminya jika aku sudah benar-benar "move-on", tapi kenyataan bahwa diri ini masih sering membanding-bandingkan dengan jurusan impian, membuatku semakin kesulitan. Bagaimana aku bisa menerima materinya, sementara menerima diriku saja aku belum mampu? Kata Ayah, aku kurang bersyukur. Ya.. itu benar.

Kemudian aku mulai berpikir. "Benarkah aku salah jurusan? darimana aku tahu itu? bagaimana aku menyimpulkannya?" yah, sepertinya Tuhan sedang merencanakan skenario yang indah untukku. Aku hanya perlu mempercayaiNya. Cepat atau lambat, waktu itu akan segera datang dan aku akan mengerti mengapa dulu aku gagal. Sampai saat tulisan ini dibuat, aku masih percaya dan masih menunggu. :)

Hanya saja, aku tidak lagi menganggapnya salah jurusan. Geografi menarik dan sebagai 'Mother of Science' sangat penting untuk dipelajari. Daripada nanti terkesan promosi jurusan, lebih baik cari tahu sendiri deh seberapa penting kita mempelajari Geografi. :3

Intinya, kurasa kata-kata "Salah jurusan" itu tidak seharusnya ada.Sebenarnya tidak ada yang salah. Hanya kita yang tidak mau membuka diri untuk mempelajari hal-hal baru. Aku percaya bahwa kita bisa di jurusan apapun asalkan mau belajar. Yang membuat kita tidak bisa adalah karena kita menutup diri terhadap ilmu. Gak bakat? hmm.. kayaknya sih gak terlalu ngaruh. Orang yang cuma mengandalkan bakat pun kalah dengan orang yang rajin dan terus belajar.

Masalah prospek? Menurutku sih semua sudah ada prospeknya masing-masing asalkan kita expert di bidangnya. Kita diciptakan dengan 2 mata agar tidak memandang sesuatu dengan sebelah mata dan melihat sesuatu dari satu sisi saja. 

Jadi, ketika kita salah jurusan apa yang harus dilakukan?
Bagiku itu sama kayak salah naik angkot. Pilihannya cuma ada 2
Berhenti dan cari angkot lain ke tempat yang dituju atau melanjutkan perjalanan dan membuat tujuan baru.

Yang jelas, jangan pernah menyesali pilihanmu dan jangan takut menyesal. Ketika kamu memilih melanjutkan perjalanan, fokus pada tujuan barumu dan lupakan kalau kamu pernah salah angkot. Persiapkan apa saja yang dibutuhkan. Tuhan telah merancang rencana indah buat kita disana. Percaya saja.

Kadang kita perlu mengecap 'pahit' agar lebih bisa merasakan 'manis'
tiada manis tanpa pahit. Hal yang menyenangkan adalah.. baik itu pahit ataupun manis, selalu ada pembelajaran di dalamnya. Itu yang membuat hidup kita lebih bermakna :)

1 comment:

  1. Haii :3 btw kebetulan aku juga pend. Geo. Wkt dftr snmptn aku sbnrnya mau b.ingg. tp lulusnya di geo. Sempet bingung sih. Tp aku ambil juga, krn ada bekal dr sma (aku ips :v) tp stlh dijalani, geografinya lb ke ipa (geografi fisik :( ) and in my university ia to much tugas :"( laporan pengamatan film tulis tangan, buat peta, dll. Sempet mau berhenti juga :( tp sayang. Aku udh sejauh ini. Kemudian aku cari2 di gugel mungkin ada yg sama dgn ku eh ketemu blog kamu. Aku termotivasi :) iya geo adalah mother of science. Sedikit demi aedikit semoga aku sama kamu makin enjoy ya di geo. Btw, kita bisa travelling kemana loh sama jurusan ini. :3 geo the explorer 😂😂 XD

    ReplyDelete

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com